“HEALING FOREST” HUTAN SEBAGAI SARANA PENYEMBUHAN ALAMI?



Pernahkah anda mendengar kata “healing forest”? sebagian dari anda mungkin sudah pernah mendengar dan membuktikan langsung hal ini, namun masih banyak juga yang belum pernah mendengar konsep ini.

Indonesia merupakan salah satu paru-paru dunia, dimana Indonesia memiliki hutan yang luas, meski belakangan keberadaannya kian terancam oleh maraknya alih fungsi lahan. Hutan di Indonesia memiliki berbagai fungsi, mulai dari hutan lindung, suaka marga satwa, taman nasional, hingga hutan produksi. Selain dari fungsi utama tersebut, hutan di Indonesia kerap kali dijadikan sebagai sumber kayu bakar, atau berbagai kegiatan dengan motif ekonomi lainnya yang biasa dilakoni oleh masyarakat di sekitar hutan.

Selain dari fungsi di atas, hutan ternyata memiliki fungsi lain yang sering kali tidak disadari oleh manusia yakni sebagai media peyembuhan alami. Penelitian ini telah dilakukan di Jepang dalam beberapa tahun terkahir. Studi pertama yang meneliti tentang terapi hutan dilakukan di Jepang pada tahun 1990. Salah satu tokoh yang mengemukakan konsep ini adalah Qing Li.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Roger Ulrich pada tahun 1984 juga menyebutkan bahwa pasien rumah sakit Philadephia yang sering melihat pemandangan hijau memiliki proses penyembuhan yang lebih cepat dan depresi yang lebih sedikit dibandingkan dengan pasien yang lebih sering melihat gedung atau bangunan-bangunan perkotaan.

Memperkuat temuan ini, Qing Li pada tahun 2005 mengajak 12 orang paruh baya untuk melakukan penelitian selama 3 hari di hutan. Berbagai aspekpun menjadi obyek penelitian, seperti detak jantung, tekanan darah, adrenalin hingga kortisol saat sebelum, sedang, hingga setelah kegiatan di hutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hutan bekerja terhadap system saraf manusia. Hutan mengurangi produksi hormon stres, hingga menurunkan tekanan darah dan detak jantung.

Udara yang segar, serta pemandangan hijau menyejukkan mata ternyata memang sangat berpengaruh terhadap kondisi manusia baik secara fisik ataupun psikis. Dengan demikian hutan sejatinya sangat berpotensi untuk dapat dijadikan media penyembuhan.

Dewasa ini, berbagai daerah di Indonesia telah menjadikan hutan sebagai tempat pariwisata. Namun sayangnya, kesadaran akan potensi hutan yang begitu besar ini belum banyak dikatuhi oleh masyarakat utamanya pengembang atraksi wisata. Tempat-tempat wisata seperti Hutan Pinus Mangunan, Becici, Pengger atau yang lainnya yang terdapat di Jogja, atau mungkin hutan wisata lainnya, dapat mengembangkan konsep healing forest ini.

Tentu aktivitas wisata yang dilakukan bukan aktivitas mass tourism. Melainkan ada satu areal khusus untuk mereka yang benar-benar ingin menikmati hutan. Aktivitas yang dapat ditawarkan seperti bersantai di tengah hutan, yoga, meditasi, atau aktivitas lainnya yang tidak menimbulkan kebisingan dan polusi.

Bagi anda sobat wisata, berwisata ke hutan sudah saatnya masuk ke dalam bucket list perjalanan anda. Mulai dari camping atau sekedar picnic dapat menjadi aktivitas yang menarik dalam menikmati suasana hutan. Tapi ingat, selalu jaga kelastarian hutan dengan membawa kembali sisa makanan atau peralatan apapun yang anda gunakan. Be a smart traveller!

Comments